BAB I. PENGERTIAN INFLASI
Inflasi
merupakan salah satu penyakit ekonomi di setiap negara. Semua negara baik
negara maju maupun berkembang pasti mengalami apa yang disebut inflasi, hanya
besarannya saja yang berbeda. Tingkat inflasi yang dialami negara maju seperti
Amerika dan Jepang misalnya mengalami inflasi yang relatif lebih kecil
dibandingkan dengan negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Pengertian
inflasi sering didefinisikan dengan kalimat yang berbeda-beda. Meskipun
pernyataan dalam definisi itu berbeda tetapi semuanya mempunyai maksud yang
sama, yaitu membicarakan mengenai barang-barang kebutuhan masyarakat yang
harganya naik secara terus-menerus. Jadi, yang dimaksud dengan inflasi adalah
suatu peristiwa dalam perekonomian di mana ada kecenderungan harga-harga dari
semua barang naik secara terus-menerus atau berulang-ulang.
Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
BAB II MACAM-MACAM INFLASI
Berdasarkan alasan-alasan tertentu inflasi dapat
dibedakan menjadi beberapa macam. Secara berturut-turut perbedaan ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Menurut Tingkat
Keparahan atau Laju Inflasi
1) Inflasi
ringan (creeping inflation)
Adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10 % setahun,
sehingga inflasi ini tidak begitu dirasakan. Inflasi ini sering disebut juga
inflasi yang merayap, dan tidak begitu mengganggu perekonomian secara nasional.
Seperti pada tahun 2004 lalu di Indonesia laju inflasi di bawah 10 %, sehingga
perekonomian Indonesia pada posisi yang stabil. Lihat gambar berikut :
2) Inflasi sedang
Adalah inflasi yang lajunya antara 10%-30% setahun.
Pada tingkatan ini mulai dapat dirasakan naiknya harga-harga meski tidak begitu
signifikan, dan jika tidak segera diatasi akan menjadi inflasi berat.
3) Inflasi berat
Inflasi yang lajunya berada pada batas antara 30%-100%
setahun. Pada tingkat ini harga-harga kebutuhan masyarakat naik secara
signifikan dan sulit dikendalikan. Indonesia pernah mengalami inflasi berat
pada tahun 1998. Pada waktu itu inflasi per Desember mencapai 77,63 %.
4) Hiperinflasi
Jenis inflasi ini sangat dirasakan karena dapat
terjadi secara besar-besaran dan jika diukur berada di atas 100% setahun. Di
Indonesia pada tahun 1966 pernah mengalami inflasi sebesar 600%, hal ini
disebab-kan pencetakan uang baru secara besar-besaran untuk menutup defisit
anggaran pada waktu itu.
b. Menurut Penyebab
Awal Inflasi
1) Inflasi tarikan
permintaan ( demand pull inflation.)
Adalah inflasi yang disebabkan adanya kenaikan
permintaan. Kenaikan permintaan ini sering dinamakan kelebihan permintaan.
Kenaikan permintaan masyarakat akan barang-barang dan jasa ini bisa disebabkan
oleh:
a) bertambahnya pengeluaran pemerintah
yang dibiayai dengan pencetakan uang baru;
b) bertambahnya investasi swasta karena
adanya kredit murah; dan
c)
bertambahnya permintaan barang-barang ekspor.
Apabila permintaan barang-barang tersebut bertambah
terus-menerus, sedangkan seluruh faktor-faktor produksi sudah sepenuhnya
digunakan maka hal ini akan mengakibatkan kenaikan harga. Kenaikan harga yang
secara terus-menerus inilah yang disebut inflasi. Inflasi yang disebabkan oleh
adanya kenaikan permintaan inilah yang dinamakan
inflasi tarikan (Demand Pull Inflation). Untuk menerangkan inflasi Demand
Pull Inflation perhatikan gambar berikut :
Apabila ada perkiraan bahwa waktu yang akan datang
akan terjadi inflasi, maka pihak perusahaan akan selalu menaikkan harga dan
para buruh akan selalu minta kenaikan upah, akibat dari tindakan ini
ditunjukkan oleh bergesernya kurva supply yang horisontal ke atas.
Pergeseran kurva supply ini akan mengakibatkan harga
naik dari P2 menjadi P3. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan inflasi pada
sisi penawaran dengan harga yang naik terus-menerus dan diikuti turunnya
produksi dari Y2 menjadi Y1, demikian seterusnya.
c. Berdasarkan Asal
Inflasi
1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri
disebut domestic inflation, yaitu inflasi yang disebabkan adanya
peristiwa ekonomi dalam negeri, misalnya terjadi defisit anggaran belanja
negara yang secara terus-menerus, kemudian pemerintah memerintahkan Bank
Indonesia untuk mencetak uang baru dalam jumlah besar. Atau misalnya karena
panen yang gagal secara menyeluruh.
2) Inflasi yang tertular dari luar negeri, yang
dikenal dengan imported inflation, yaitu penularan melalui harga barang
impor. Inflasi ini umumnya terjadi di negara berkembang yang mana sebagaian
besar bahan baku dan peralatan dalam unit produksinya berasal dari luar negeri.
Misalnya di Jepang terjadi inflasi, sedangkan bahan-bahan untuk keperluan
industri perakitan mobil, elektronik, foto, tekstil, farmasi dan lain-lain
Indonesia mengimpor dari Jepang.
Dengan adanya inflasi maka bahan-bahan tersebut ikut
naik. Indonesia sebagai negara pengimpor mau tidak mau juga harus mengikuti
kenaikan harga tersebut, imbasnya mau tidak mau hasil produksi dari unit
produksi juga akan naik.
BAB III SEBAB-SEBAB INFLASI
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu
Tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat
tukar) dan Desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi
(product or service)
Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran
negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua
lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal
ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand
pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan
dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi
permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan
terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi
karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment dimanana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan.
Inflasi desakan biaya (ingg: cost push
inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga
termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada
perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran
distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata
permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian
yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru.
Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya
masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam,
cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi
spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait
tersebut di pasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar